Rabu, 16 Februari 2011

Green Chemistry

GREEN CHEMISTRY

Kimia hijau atau Green Chemistry atau Sustainable Chemistry adalah sebuah paradigma baru yang menggiatkan rancangan, proses dan produk yang dapat memperkecil bahkan menghilangkan penggunaan maupun pembentukan bahan kimia beracun dan berbahaya. Sedikit berbeda dengan cakupan bahasan kimia lingkungan yang mengurusi aspek-aspek kimia dalam lingkungan, maka kimia hijau lebih mengarahkan pandangannya pada persoalan mencari metode proses kimia yang lebih ramah lingkungan, mengurangi, dan mencegah polusi serta sumber polusinya.
Tahun 2005, Ryoji Noyori mengajukan tiga aspek pengembangan kimia hijau, yaitu karbon dioksida superkritis sebagai pelarut hijau, hidrogen peroksida sebagai agen oksidasi hijau, dan penggunaan hidrogen dalam sintesis senyawa asimetris. Aspek-aspek tersebut menjadi jauh lebih beragam seiring dengan berkembang pesatnya gairah ilmuwan bergiat di bidang kimia hijau. Proses kimia dalam reaktor ukuran mikro, proses kimia yang melibatkan larutan ionik (ionic liquids) maupun reaksi kimia dalam pelarut multi fasa adalah sedikit contoh tambahan aspek.
Paul Anastas dan John C. Warner kemudian mengembangkan 12 prinsip demi mendefinisikan kimia hijau.

1. Mencegah terbentuknya sampah sisa proses kimia dengan cara merancang sintesa kimia yang mencegah terbentuknya sampah atau polutan.
2. Merancang bahan kimia dan produk turunannya yang aman yang menghasilkan produk kimia yang efektif tapi tanpa atau rendah efek racunnya.
3. Merancang sintesa kimia yang jauh berkurang efek bahayanya, berarti merancang proses dengan menggunakan dan menghasilkan senyawa yang memiliki sedikit atau tanpa efek beracun terhadap manusia dan lingkungan
4. Memanfaatkan asupan proses kimia dari material terbaharukan. Bahan baku dari produk agrikultur atau aquakultur bisa dikatakan sebagai bahan baku terbaharukan, sedangkan hasil pertambangan dikatakan sebagai bahan tak dapat diperbaharui.
5. Menggunakan katalis. Reaksi yang memanfaatkan katalis memiliki keunggulan karena hanya menggunakan sedikit material katalis untuk mempercepat dan menaikkan produktifitas dan proses daur reaksi.
6. Menghindari proses derivatisasi tehadap senyawa kimia. Artinya menghindari tahapan pembentukan senyawa antara atau derivat ketika melakukan reaksi, karena agen derivat tersebut menambah hasil samping atau hanya terbuang percuma sebagai sampah.
7. Memaksimalkan ekonomi atom dengan jalan merancang proses sehingga hasil akhir mengandung proporsi maksimum terhadap asupan awal proses sehingga tidak menghasilkan sampah atom.
8. Penggunaan pelarut dan kondisi reaksi yang lebih aman dengan cara mencoba menghindari penggunaan pelarut, agen pemisah, atau bahan kimia pembantu lainnya. Pelarut digunakan seminimal mungkin dan tidak menimbulkan masalah pencemaran atau kerusakan terhadap lingkungan dan atmosfer. Air adalah contoh pelarut segala (universal solvent) yang ramah lingkungan.
9. Meningkatkan efisiensi energi yaitu melakukan reaksi pada kondisi mendekati atau sama dengan kondisi alamiah, misalnya suhu ruang dan tekanan atmosfer.
10. Merancang bahan kimia dan produknya yang dapat terdegradasi setelah digunakan menjadi material tidak berbahaya atau tidak terakumulasi setelah digunakan.
11. Analisis pada waktu bersamaan dengan proses produksi untuk mencegah polusi. Dalam sebuah proses, dimasukkan tahapan pengawasan dan pengendalian bersamaan dengan dan sepanjang proses sintesis untuk mengurangi pembentukan produk samping.
12. Memperkecil potensi kecelakaan yaitu merancang bahan kimia dan wujud fisiknya yang dapat meminimalkan potensi kecelakaan kimia misalnya ledakan, kebakaran, atau pelepasan racun ke lingkungan.

Kesinambungan dalam ilmu dan teknologi dimulai ketika kita mulai berfikir bagaimana untuk memecahkan masalah atau bagaimana untuk mengaplikasikan ilmu ke dalam teknologi. Kimia sebagai ilmu dari materi dan transformasinya berperan penting dalam proses ini dan menjembatani ilmu fisika, material dan hayati. Hanya proses kimia yang telah dicapai melalui optimasi yang hati-hati dalam efisiensi akan membawa pada produksi dan produk yang berkesinambungan. Ilmuwan dan teknokrat yang menemukan, mengembangkan dan mengoptimasi proses tersebut, oleh karenanya mereka memegang peranan penting. Kepedulian, kreativitas dan pandangan ke depan mereka dibutuhkan untuk menghasilkan reaksi dan proses kimia dengan efisiensi maksimum Term”Kimia Hijau” telah digunakan untuk usaha-usaha untuk mencapai tujuan ini.

(Sindi Sehabudin, 27 Maret 2009)

Rabu, 09 Februari 2011

AIR

“Air selalu terbentuk melalui tahap
daur hidrologi. Namun hanya
sebagian kecil air saja yang dapat
dimanfaatkan setiap saat. Sehingga
pola konsumsi air yang mengarah
pada pemanfaatan yang tidak
berkelanjutan mengakibatkan
penurunan kuantitas dan kualitas air
itu sendiri.”

Minggu, 09 Mei 2010

ZEOLITE


Penamaan Dan Struktur Zeolit


 

Menurut ahli Kristalografi berkebangsaan Amerika
J.V Smith (1984), zeolit didefinikan sebagai berikut:

"A zeolite is an aluminosilicate with a framework structure enclosing cavities occupied by large ions and water molecules, both of which have considerable freedom of movement, permitting ion-exchange and reversible dehydration". (Kristal Alumino Silikat yang mempunyai struktur sangkar tiga dimensi (framework), mempunyai rongga (cavity), dan saluran (Channel) yang mengandung kation Logam alkali dan alkali tanah (Na, K, Mg, Ca,), serta molekul air. Jika zeolit didasarkan pada satu unit sel kristal dapat dituliskan sebagai:

Mx/n[(AlO2)x(SiO2)y].wH2O

n :

valensi dari kation M 

W :

jumlah molekul air per unit sel

x dan y :

jumlah total tetrahedral per unit sel

(Istadi, 2006) 

Tabel. struktur kerangka bangunan zeolit

No 

Secondary building unit (sbu)

Lambang struktur 

Nama zeolit

Rumus Umum 

1 

S4R 

ANA 

Analcime 

Na16 Al16 Si32 O96 .10 H2O

2 

ANA 

Wairakite 

Ca8 Al16 Si32 O96 . 16 H2O

3

GIS 

Gismondine 

Ca4 Al8 Si8 O32 .16 H2O

4 

GIS 

Amicite 

K4 Na4 Al8 Si8 O32 .16 H2O

5 

GIS 

Garronite 

NaCa2.5
Al6 Si10O32 .14 H2O

6 

GIS 

Gobbinsite 

Na5 Al5 Si11 O32 .11 H2O

7 

GIS 

Zeolite Na-PI 

Na6 Al6 Si10 O32 .12 H2O

8 

LAU 

Laumonite 

Na6 Al8 Si16 O46 .16 H2O

9 

MER 

Merlionite 

K5 Ca2 Al9 Si23 O64 .24 H2O

10 

PAU 

Paulingite 

(K2 Na2 ,Ca,Ba)76 Al152Si520O1344.700H2O

11 

PHI 

Philipsite 

K2 NaAl6 Si10 O32 .12 H2O

12 

PHI 

Harmotome 

Ba2Ca0.5
Al5 Si11O32 .12 H2O

13 

YUG 

Yugawaralite 

Ca2 Al4 Si12 O32 .8 H2O

14 

S6R 

CAN 

Cancrinite hydrate 

Na6 Al6 Si6 O24 .8 H2O

15 

ERI 

Erionite 

Na2 K2 Mg0.5
Ca2 Al9 Si27 O72 .27 H2O

16 

LEV 

Levynite (levyne) 

NaCa3 Al7 Si11 O36 .18 H2O

17 

LTL 

Zeolite L 

K6 Na3 Al9 Si27 O72 .21 H2O

18 

LOS 

Zeolite Losod 

Na12 Al12 Si12 O48 .19 H2O

19 

MAZ 

Mazzite (Z. Omega) 

Mg2 K3 Ca1.5 Al10 Si26 O72 .28 H2O

20 

OFF 

Offretite 

KCa2 Al5 Si13 O36 .15 H2O

21 

SOD 

Sodalite hydrate (HS) 

Na6 Al6 Si6 O24 .8 H2O


 

Tabel.Struktur zeolite berdasarkan atas double oxygen ring sbu

No 

sbu 

Lambang struktur

Nama zeolit 

Rumus umum 

1 

D4R 

LTA 

Zeolite A 

Na12 Al12 Si12 O48 .27 H2O

2 

D6R 

CHA 

Chabazite 

Ca2
Al4 Si12 O24 .13 H2O

3 

CHA 

wilhendersonite 

K2 Ca2 Al6 Si6 O24 .10 H2O

4 

FAU 

Faujasite 

Na12 Ca12 Mg11 Al58 Si134 O384.235 H2O

5 

FAU 

Zeolite X 

Na88 Al88 Si104 O384 .220 H2O

6 

GME 

Gmelinite 

Na8 Al8 Si16 O48 .24 H2O

7 

KFI 

Zeolite ZK-5 

Na30
Al30 Si66 O192 .98 H2O

8 

RHO 

Zeolikte Rho 

(NaCs)12 Al12 Si36 O96 .46 H2O

Tabel Struktur zeolite berdasarkan atas 4-1 sbu

No 

sbu 

Lambang struktur 

Nama zeolit 

Rumus umum 

1 

4-1 

EDI 

Edingtonite 

Ba2 Al4 Si6 O20 .8 H2O

2 

NAT 

Natrolite 

Na16
Al16 Si24 O80 .16 H2O

3 

NAT 

Tetranatrolite 

Na16 Al16 Si24 O80 .16 H2O

4 

NAT 

Paranatrolite 

Na16 Al16 Si24 O804 .24 H2O

5 

NAT 

Mesolite 

Na16 Ca16 Al48 Si72 O240.64 H2O

6 

NAT

Scolecite 

Ca8
Al16 Si24 O80 .24 H2O

7 

THO 

Thomsonite 

Na4 Al20 Si20 O80 .24 H2O

8 

THO 

Gonnardite 

Na5
Ca2 Al9 Si11 O40 .14 H2O


 

Tabel Struktur zeolite berdasarkan 5-1 sbu

No 

sbu 

Lambang struktur 

Nama 

Rumus umum 

1 

5-1 

BIK 

Bikitaite 

La2 Al2 Si4 O`12 .2 H2O

2 

DAC 

Dachiardite 

Na5
Al5 Si19 O48.12 H2O

3 

EPI 

Epistilbite 

Ca3 Al6 Si18 O48 .16 H2O

4 

FER 

ferrierite 

NaCa0.5 Mg2 Al6 Si30 O72 .20 H2O

5 

MFI 

Zeolite ZSM-5 

Nan Aln Si96 O192 .16 H2O ≈(n≈3)

6 

MOR 

Mordenite 

Na8
Al8 Si40 O96 .24 H2O

 

Tabel Struktur zeolite berdasarkan atas 4-4-1 sbu

No 

sbu

Lambang struktur 

Nama 

Rumus umum 

1 

4-4-1 

BRE 

Brewsterite 

Sr2 Al4 Si12 O32 .10 H2O

2 

HEU 

Heulandite 

Ca4
Al8 Si28 O72 .24 H2O

3 

HEU 

Clipnotilolite 

Na6 Al6 Si30 O72 .24 H2O

4 

STI 

Stilbite 

Na2 Ca4 Al10 Si26 O72 .34 H2O

5 

STI 

Stellerite 

Ca4 Al8 Si28 O72 .28 H2O

6 

STI 

Barrerite 

Na8 Al8 Si28 O72 .26 H2O


 

Struktur kerangka ini mengandung saluran yang diisi oleh kation dan molekul air. Kation aktif bergerak dan umumnya bertindak sebagai ion exchange. Air dapat dihilangkan secara re-versibel yang secara dengan pemberian panas.

Jumat, 09 April 2010

ZOELITE LIKE MATERIALS




 

MANFAAT ZEOLIT PADA BIDANG PERTANIAN


 

        Mineral zeolit merupakan suatu kelompok mineral alumunium silikat terhidrasi dari logam alkali dan alkali tanah (terutama Ca, dan Na), dengan rumus umum LmAlxSiyOz ·nH2O dimana L adalah logam. Karena secara umum, zeolit mempunyai kemampuan untuk menyerap, menukar ion, dan menjadi katalis, membuat zeolit sintetis ini dapat dikembangkan dalam bidang pertanian (Saputra, R, 2006).

a. Bidang pertanian dan perkebunan

Berdasarkan kepada Kapasitas Pertukaran Kation dan retensivitas terhadap air yang tinggi, zeolit sekarang ini telah banyak digunakan untuk memperbaiki sifat tanah. Selain zeolit itu mengandung unsur-unsur hara makro dan mikro yang dapat disumbangkan ke dalam tanah. Penambahan zeolit dapat memperbaiki agregasi tanah sehingga meningkatkan pori-pori udara tanah yang berakibat merangsang pertumbuhan akar tanaman. Luas permukaan akar tanaman menjadi bertambah yang berakibat meningkatnya jumlah unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman (Estiaty, L.M, 2008)

b. Penundaan pemasakkan buah-buahan

Zeolit jenis modernit, klinoptilotit, dan analsim adalah jenis zeolit alam yang lazim terdapat di Indonesia. Ketiga jenis zeolit alam tersebut sedang dipelajari karakteristik dan sifat-sifat penyerapan didalam proses penundaan pemasakan buah-buahan (misalnya: pisang). Zeolit diharapkan dapat menyerap etilen sebagai zat yang memegang peranan penting dalam proses pemasakan (Admin, 2009)

KAPASITAR TUKAR KATION (KTK)

Salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan hara bagi tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah Kapasitas Tukar Kation (KTK) atau Cation Exchangable Cappacity (CEC). KTK merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid yang bermuatan negatif. Satuan hasil pengukuran KTK adalah milliequivalen kation dalam 100 gram tanah atau me kation per 100 g tanah (Majid, 2007)

Beberapa Istilah KTK

Berdasarkan pada jenis permukaan koloid yang bermuatan negatif, KTK dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1.KTK koloid anorganik atau dikenal sebagai KTK liat tanah,

2.KTK koloid organik atau dikenal sebagai KTK bahan organik tanah

3.KTK total atau KTK tanah.


Tabel. Kapasits tukar kation berdasarkan SNI 13-3494-1994

KTK Koloid Anorganik atau KTK Liat

KTK liat adalah jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid anorganik (koloid liat) yang bermuatan negatif.

KTK Koloid Organik

KTK koloid organik sering disebut juga KTK bahan organik tanah adalah jumlah kation yangdapat dipertukarkan pada permukaan koloid organik yang bermuatan negatif.
Nilai KTK koloid organik lebih tinggi dibandingkan dengan nilai KTK koloid anorganik. Nilai KTK koloid organik berkisar antara 200 me/100 g sampai dengan 300 me/100 g.

KTK Total atau KTK Tanah

KTK total merupakan nilai KTK dari suatu tanah adalah jumlah total kation yang dapat dipertukarkan dari suatu tanah, baik kation-kation pada permukaan koloid organik (humus) maupun kation-kation pada permukaan koloid anorganik(liat).

Perbedaan KTK Tanah Berdasarkan Sumber Muatan Negatif

Berdasarkan sumber muatan negatif tanah, nilai KTK tanah dibedakan menjadi 2, yaitu:KTK muatan permanen, dan KTK muatan tidak permanen.

KTK Muatan Permanen

KTK muatan permanen adalah jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid liat dengan sumber muatan negatif berasal dari mekanisme substitusi isomorf. Substitusi isomorf adalah mekanisme pergantian posisi antar kation dengan ukuran atau diameter kation hampir sama tetapi muatan berbeda. Substitusi isomorf ini terjadi dari kation bervalensi tinggi dengan kation bervalensi rendah di dalam struktur lempeng liat, baik lempeng liat Si-tetrahedron maupun Al-oktahedron.

KTK Muatan Tidak Permanen

KTK muatan tidak permanen atau KTK tergantung pH tanah adalah jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid liat dengan sumber muatan negatif liat bukan berasal dari mekanisme substitusi isomorf tetapi berasal dari mekanisme patahan atau sembulan di permukaan koloid liat, sehingga tergantung pada kadar H+ dan OH- dari larutan tanah.
Hasil Pengukuran KTK Tanah

Berdasarkan teknik pengukuran dan perhitungan KTK tanah di laboratorium, maka nilai KTK dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

  1. KTK Efektif, dan
  2. KTK Total
  1. PENGOMPOSAN

Menurut Isroi (2007) Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan selama proses pengomposan karena akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S (www.isroi.org)


Tabel. unsur hara beberapa jenis bahan organik

Jumat, 08 Januari 2010


PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) MELALUI TEKNIK STABILISASI/SOLIDIFIKASI

Oleh M. Ali Akbar

Peraturan Pemerintah (PP) No. 18 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun bahwa Pembangunan di bidang industri di satu pihak akan menghasilkan barang yang bermanfaat bagi kesejahteraan hidup rakyat, dan di lain pihak industri itu juga akan menghasilkan limbah. Diantara lain limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri tersebut terdapat limbah bahan berbahaya beracun (B3). Limbah B3 yang dibuang langsung ke dalam lingkungan dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Mengingat resiko tersebut, perlu diupayakan agar setiap kegiatan industri dapat menghasilkan limbah B3 seminimal mungkin dan mencegah masuknya limbah B3 dari luar wilayah Indonesia. Peran Pemerintah Indonesia dalam pengawasan perpindahan lintas batas limbah B3 tersebut telah diratifikasi Konvensi Basel pada tanggal 12 Juli 1993 dengan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1993.

Untuk itu, Proses mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 dilakukan agar limbah tersebut menjadi tidak berbahaya dan atau beracun. Berdasarkan PP No. 18 Tahun 1999 bahwa Proses tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi yang sesuai, seperti stabilisasi dan solidifikasi, insinerasi, atau netralisasi.

Pengolahan limbah B3 melalui stabilisasi dan solidifikasi wajib memenuhi ketentuan seperti yang pertama, hasil stabilisasi dan solidifikasi harus dianalisis melalui uji TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) dan yang kedua melakukan penimbunan hasil pengolahan stabilisasi dan solidifikasi dengan ketentuan penimbunan limbah B3 (landfill).

Menurut Randall (2002), Phenrat Tanapon, Marhaba Taha F and Rachakornkij Manaskorn (2004), Goñi A, Guerrero, S, and Macías,A (2009) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa Pendekatan metode betonisasi makroenkapsulasi banyak memiliki sejumlah keuntungan guna mengimobilisasi limbah logam berat. Selain itu hal senada juga diungkapkan oleh Shawabkeh (2004), Gupta dan Surwade (2007) dan Vladimir Huda (2008), dalam suatu kesimpulan penelitiannya mempublikasikan bahwa semenasi atau betonasi limbah mudah dilakukan dan sangat efektif mengimobilisasi limbah bahkan pada perbandingan 20:80 semen dan limbah.

Untuk itu dapat dimanfaatkan sebagai conblock (concrete block). Dimana benda uji dibuat berbentuk silinder dengan dilapisi resin Polimer alam. Kemudian dilakukan beberapa pengujian diantaranya pengujian daya pelucutan dan uji Kuat tekan destruktif. Untuk lebih menyempitkan gagasan penelitian, maka berikut ini merupakan gambaran dari keseluruhan kegiatan yang akan dilakukan.


Kamis, 22 Oktober 2009

PSDAL : PEGELOLAAN DAS


Tujuh kriteria dari fungsi DAS yang berhubungan dengan karakteristik lokasi dan aliran sungai,relevansinya dengan multi pihak yang tinggal di daerah hilir serta beberapa indikatornya.

Rabu, 21 Oktober 2009

MENGENAL ZEOLIT



Mengenal mineral zeolit

Definisi zeolit menurut ahli Kristalografi berkebangsaan Amerika Serikat yaitu, Prof. J.V Smith pada 1984 adalah :

"A zeolite is an aluminosilicate with a framework structure enclosing cavities occupied by large ions and water molecules, both of which have considerable freedom of movement, permitting ion-exchange and reversible dehydration".

(Kristal Alumino Silikat yang mempunyai struktur sangkar tiga dimensi (framework), mempunyai Rongga (cavity), dan saluran (Channel) yang mengandung kation Logam alkali dan alkali tanah (Na, K, Mg, Ca,), serta molekul air.

Pada tahun 1756 seorang ilmuwan mineral asal Swedia Axel Cronstedt, menemukan sejenis mineral stilbite yang kemudian diketahui sebagai zeolit dengan tipe STI. Mineral ini bila dipanaskan akan mengeluarkan gelembung-gelembung udara seprti batuan mendidih (boiling stone) hal ini disebabkan karena proses kehilangan molekul air (dehidrasi) dari mineral tersebut. Di kemudian hari mineral itu disebut sebagai zeolit didalam bahasa Yunani. Zeni atau zeo" dan Lithos" yang berarti batu yang mendidih, karena apabila dipanaskan akan membuih dan mengeluarkan air (Breck, 1974 dalam Lefond, 1983).

Pada tahun 1840, Damour seorang peneliti Mineral yang pertama kali mengemukakan bahwa mineral zeolit mempunyai kemampuan sebagai adsorben. Ia mengamati bahwa mineral zeolit dapat di dehidrasi secara reversibel tanpa menunjukkan adanya perubahan morfologi. Kemudian pengamatan berlanjut pada kemampuan zeolit untuk melakukan pertukaran ion (ion exchange) oleh Eichorn pada tahun 1858. Setelah itu Weighel dan Steinhoff pada tahun 1925 melaporkan bahwa chabasite dapat mengadsorpsi secara selektif molekul-molekul senyawa organik berukuran kecil dalam campurannya dengan molekul-molekul besar. Menyusul kemudian penemuan oleh Mc Bain pada tahun 1932 yang melakukan uji coba pemanasan mineral zeolit (aktivasi) dan memperoleh zeolit yang dapat menyerap molekul-molekul gas dengan ukuran partikel tertentu.
Penemuan mineral zeolit tidak terbatas pada zeolit alam saja. Pada tahun 1959 Break dan Milton berhasil mensintesis zeolit-A, dan dalam selang waktu yang singkat diikuti sintesis zeolit X dan Y. Kemudian dalam beberapa tahun berikutnya penelitian tentang mineral zeolit terus dilakukan. Hingga pada tahun 1977 ditemukan deposit (cadangan mineral) zeolit yang melimpah di USA, Rusia, Jepang, Australia, Kuba dan sebagian Eropa timur

Sementara di Indonesia sendiri zeolit baru ditemukan pada tahun 1985 oleh Pusat Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM) Bandung dalam jumlah besar terutama dari jenis zeolit clipnotilolite dan mordenite, yang penyebarannya hampir merata di beberapa daerah di pulau Sumatra dan pulau Jawa.

SEPULUH PRINSIP AIR


Untuk menyelamatkan sumber daya air bumi yang semain menipis, dan menccegah konflik perebutan dan peramasan serta komersalisasi air yang semakin menimbulkan konflik dunia yang lebih jauh lagi dari bahaya krisis air dunia. Maka perlu dilakukan dialog kembali dan segera diambil tindakan (Barlow, M dan Clarke, T, 2005). Sepuluh prinsipnya adalah:

1. Air adalah sumber segala kehidupan
2. Air adalah milik bumi dan seluruh makhluk hidup.
3. Sedapat mungkin air harus berada tetap pada sumber dan asalnya
4. Konservasi air
5. Air yang tercemar harus segera disehatkan
6. Air dapat dilindungi ketika berada di daerah aliran airnya yang alami
7. Akses pada pasokan air bersih yang cukup adalah hak dasar manusia
8. Pembela air yang terbaik adalah masyarakat atau warga Negara setempat
9. Masyarakat dan pemerintah adalah mitra sejajar untuk melindungi air
10. globalisasi ekonomi tidak mendukung keberlanjutan air (water susutainable)

Sabtu, 29 Agustus 2009

APAKAH SEBENARNYA LEACHATE ITU?





Apabila air (air hujan) mengalir melalui lapisan landfill, aliran itu membawa ikut serta material organik, inorganik serta logam berat, kemudian mengendap di suatu landfill, maka terbentuklah leachate. Leachate adalah cairan yang menetes atau mengalir dari suatu landfill dimana komposisinya terdiri dari suatu campuran limbah pada suatu landfill bergantung pada tipe dan usia limbah, biasanya terdiri dari material yang terlarut dan tidak terlarut.

Sampah yang masuk ke dalam suatu landfil biasanya terdiri dari campuran sampah perkotaan, barang-barang komersial, dan campuran limbah industri, leachate juga berasal dari materi organik, anorganik, logam berat, dan senyawa-senyawa organik xenonibotic Leachate dapat juga dihasilkan dari daratan yang terkontaminasi oleh bahan material kimiawi atau beracun yang digumnakan oleh suatu industri seperti, pabrik, pertambangan, atau tempat penyimpanan, selain itu juga lokasi pengkomposan yang curan hujannya tinggi dapat memproduksi leachate.

Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi landfill leachate adalah :

• Tipe atau jenis materi limbah yang dibuang pada suatu landfill
• kondisi landfill yang meliputi PH, Suhu, kelambapan, usia limbah maupunn usia landfill itu sendiri, dan iklim
• krakteristik endapan yang masuk kedalam suatu landfill

Pengumpulan landfill leachate.

Leachate mengalir dari suatu landfill yang mengalir dari pipa-pipa yang dipasang untuk mengumpulkan tetes landfill yang kemudian dikumpulkan pada sustu tempat. untuk kebutuhan tertentu leachate dapat dipompa keluar kemudian dpindahkan kedalam sutu penyimpanan, atau pada leachate treatment plant.

Desain eksraksi leachate dibagi dalam dua metode, yaitu :

• Borehole pump.sistem pemompaan leachate dari dasar landfil yang dilengkapi oleh sensor leachate yang dapat mengukur jumlah leachate yang telah menetes dari landfill. Dengan demikina energi yang dikeluarkan menjadi rendah.
• Eductors, lain hal dengan sistem borehole pump, sistem ini bekerja terus menerus, tidk perduli terdapat leachate atau tidak, seistem ini banyak digunakan,namun tentunya banyak memghabiskan energi

Treatement Leachate. sebelum dilakukan pengolahan leachate ada baiknya diketahui informasi penting dibawah ini :

• antisipasi kecepatan alir. artinya aliran leachate bergantung pada jumlah air yang mengalir atau merembes melalui landfill.
• lakukan analisis komposisi leachate yang diperoleh di laboratorium.
• buang komposisi yang tidak diinginkan.

faktor-faktor yang dapat menentukan kontaminasi leachate yamng bukan dihasilkan dari sistem pengumpulan, yaitu :

• jika sumber aira tanah jauh dari permukaan, aliran air yang merembes melalui landfill sebagian akan tersaring melalui lapisan tanah, sehingga kontaminasinya ,enjadi relatif kecil. Tetapi bila air tanah dekat dengan permukaan landfill, maka kemungkinan kontaminasi menjadai besar, artinya alirtna leachate dapat langsung mengalir ke badan air, karena tidak terjadi penyaringan oleh tanah.
• Semakin tinggi konsentrasi leachate, maka semakin tinggi pula kemungkinan terkontaminasinya air tanah.
• Permeabilitas lapisan tanah yang tepat dibawah permukaan landfill mempengaruhi kecepatan aliran leachate. Lapisan pasir mempunyai pros yang besar, sehingga aliran alir atau leachate dapat dengan mudah mengalir. Sementara tanah lempung lebih dapt mencegah pergerakan air tanah, sehingga lebih efektif menyaring kontaminan.
• Karakteristik dari suatu lanfill dam limbanh buangannya, leachate dapat menjadi sangat beracun. Umumnya leachate mempunyai konsentrasi BOD tinggi, TOC tinggi, Nitrogen tinggi, klorida tinggi, besi, mangan, dan fenol. Selain tiu juga bahan kimia lainnya seperti pestisida, pelarut organik, dan logam berat.

BAHAYA LEACHATE.

Sudah banyak penelitian terhadapat pengaruh leachate bagi kesehatan yang disebabkan oleh aktifitas dari suatu landfill. Tidak ada keterkaitan langsung antara penyakit seperti kanker yang disebabkan oleh aktifitas landfill. Tabel bahan kimia yang mempengaruhi kesehatan yang ditemukan pada suatu landfill, jika terdapat pengontrolan yang tidak sesuai.


SARDINIA '93 IV INTERNATIONAL LANDFILL SYMPOSIUMS.
Margherita di Pula, Italy, 11-15 October 1993